Ahad, 6 Mei 2012

Negarawan yang Selalu Menjaga Wudhu


Hidayatullah.com-- Siapa sangka, menteri besar yang mempunyai nama
gelaran Nizham Al-Mulk (Penyangga Kerajaan) dalam pemerintahan Bani Saljuk itu dulunya berasal dari keluarga miskin. Tidak berselang lama, setelah kelahirannya tahun 408 H, ibunya meninggal dunia. Ayahnya yang dilantik menjadi dahqan (lurah), di wilayah Baihaq juga memperoleh gaji yang tidak mencukupi, hingga Nizham Al-Mulk kecil harus disusukan kepada para wanita penyusu tanpa upah. 


Kesusahan hidup Nizham semakin terasa setelah ayahnya meninggal dunia di saat ia belum baligh, hingga ia harus tumbuh dalam keadaan yatim piatu. Akan tetapi, tokoh yang bernama lengkap Abu Ali Al-Hasan bin Ali bin Ishaq At Thusi ini mempunyai tekad baja. Dalam keadaan miskin, sekuat tenaga ia berusaha menuntut ilmu. Fiqih madzhab As Syafi'i, Bahasa Arab, Hadith, al-Quran, bahkan sampai Bahasa Parsi ia pelajari.

Jarih payahnya itu berbuah, di masa mudanya ia mempunyai banyak kemampuan. Ia mahir dalam ilmu hitung, tulis-menulis dan pengurusan, sampai akhirnya Daulah Ghaznawiyah mengangkatnya sebagai pegawai. Kerana kecekapan yang dimilikinya, tak berapa lama statusnya naik menjadi setiausaha Ali bin Syadzan, pejabat Bani Saljuk untuk kawasan Balakh.Posisi tersebut menjadikan Nizham saat itu menjadi semakin dekat dengan penguasa Bani Saljuk.

Alba Arsalan, sebelum ia naik tahta sebagai Sultan Saljuk, mengangkat Nizham sebagai setiausaha peribadinya. Tak hanya itu, Nizham juga diambil sebagai anak angkat calon kuasa-kuasa besar tersebut. Begitu Alba Arsalan menjadi Sultan, Nizham diangkat sebagai menteri.

Ideologi Negara 

Bukan hanya meletakkan diri sebagai pembantu Sultan, Nizham juga berperanan sebagai peletak konsep dasar negara. Bagi Nizham, dien (agama) dan negara adalah dua saudara kembar, yang tidak boleh dipisahkan.
"Ketika pemimpin rosak, maka agama menjadi terancam. Demikian pula jika agama yang rosak, maka kedaulatan akan terganggu, banyak perosak yang mengancam serta kekuatan para pemimpin menjadi lemah dan tersebarnya bid'ah. "Demikian kata Nizham dikutip dari Siyasat-namah yang ditulis dalam Bahasa Parsi.

Nizham, dalam kitab yang mempunyai nama Arab Siyar Al-Mulk (Tradisi Raja-raja) ini ditulis bahawa ia juga selalu melakukan evaluasi terhadap pemerintahan Bani Saljuk, sekaligus memberi jalan keluar, yang didasari pengalaman-pengalaman pemerintahan pada masa-sama sebelumnya. Sultan Maliksyah, setelah menggantikan Alba Arsalan mengatakan, "Aku telah menjadikan kitab ini sebagai imam dan aku akan melangkah sesuai dengannya."

Yang juga ditulis Nizham dalam Siyasat-namah adalah nasihat kepada para penguasa agar mensyukuri nikmat Allah berupa kuasa yang diberikan kepadanya. Cara mensyukurinya dengan berbuat adil dan tidak menzalami rakyatnya.

Untuk mengawal bawahan dan musuh, Wazir (menteri) Nizham juga memberi nasihat kepada para penguasa agar bergantung perisikan dan barid (pengantar surat), untuk mengetahui keadaan rakyatnya dan para pegawainya. Juga untuk mengetahui keadaan musuh dan gerakan mereka.

Dalam pasal 32-39 kitab Siyasat-namah, Nizham juga menjelaskan bagaimana seharusnya penguasa berinteraksi dengan para tokoh di masyarakat.

Mengenai para penganut mazhab sesat, seperti Ismailiyah, Nizham memberi nasihat kepada penguasa agar mereka tidak diangkat sebagai pejabat, kerana hal ini boleh mengancam kestabilan negara. Mereka berusaha untuk mengubah pemerintahan dengan kerajaan model Parsi. Bahkan di masa Maliksyah, selama 20 tahun tugas-tugas Sultan dilaksanakan oleh sang menteri, kerana saat itu Sultan lebih suka bersenang-senang dan memburu.

Diplomat Ulung 

Walau berkedudukan sebagai menteri, Nizham mempunyai akses yang lebih kuat berbanding Sultannya dengan pusat kekhalifahan di Baghdad. Ketika ada keinginan dari Bani Saljuk untuk melepaskan diri dari Baghdad, maka Nizham berupaya mencegahnya. Secara diam-diam ia menghubungi Baghdad, dan meminta agar mereka memperhatikan apa yang diinginkan Kesultanan Bani Saljuk. Sehingga para sejarawan menyebutkan bahawa Kekhalifahan Baghdad lebih takut pada Nizham berbanding Sultannya.

Guna Syariat

Para pembesar Bani Saljuk berketurunan Turki sangat gemar berperang, namun tidak mempunyai pengetahuan tentang syariat dan bahasa Arab dengan baik. "Kami adalah kaum baru dan asing, kami tidak mempunyai pengetahuan mengenai syariat," kata Tughrul Bek, pengasas Bani Saljuk. Tugas Wazir Nizham kemudian menguatkan pemerintahan mereka dengan syariat.

Hasilnya, tidak lama kemudian, amalan mukus alias pungli yang amat membebankan rakyat dilarang. Tidak sampai di situ, ia sendiri mendirikan mejelis pengaduan, dan ikut menyimak keluhan rakyat. As Subki, seorang ulama yang bersejarah menggambarkan majlis pengaduan itu. "Jika duduk di majlis pengaduan, ia (Nizham Al-Mulk) menegakkan undang-undang dengan al-Quran dan As Sunnah. Dengan kewibawaanya, ia menakut-nakutkan setiap penzalim hingga tidak ada lagi ketakutan. Rakyat tidak bimbang lagi terhadap pejabat zalim. "

Dekat dengan Rakyat 

As Subki menyebutkan, suatu saat di majlis pengaduan ada yang melemparkan lembaran kertas yang ada tinta basahnya kepada Nizham. Akibatnya, tinta itu menempel ke pakaiannya. Namun, ia dengan tenang mengambil kertas tersebut dan menandatanganinya. Padahal saat itu pengawalnya amat banyak.

Siapa saja boleh dengan mudah menemui Nizham, sekalipun ia sedang makan misalnya. Pernah suatu saat ada seorang wanita hendak menemuinya, namun penjaga menghalangnya. Akhirnya Nizham menasihati si penjaga, "Sesungguhnya, saya menginginkan engkau dan orang-orang seperti engkau untuk mempersilakan ia masuk."

Suatu saat angin berhembus kencang hingga karpet Nizham dipenuhi pasir. Para stafnya kebingungan, setelah tidak mencari mereka yang bertugas untuk menyapunya. Saking marahnya, para kakitangan itu hendak menghukum mereka. Mendengar ucapan itu, Nizham menasihati, "Mereka juga manusia seperti kita, mereka merasa sakit sebagaimana yang kita rasakan, mereka memerlukan apa yang juga kita perlukan. Kita telah diberi kelebihan oleh Allah daripada mereka. Maka mensyukuri nikmat-Nya bukan dengan cara menghukum mereka kerana kesalahan kecil. "

Nizham sendiri dikenal sebagai peribadi yang soleh. As Subki dalam Thabaqat Al-Kubra memberi kesaksian, menteri yang satu ini rajin melaksanakan puasa Isnin-Khamis dan gemar bersedekah. Kalau membaca al-Qur `an tidak pernah dengan bersandar untuk menghormati kitab suci itu. Ia juga selalu menjaga wudhu. Mushaf tidak pernah lepas dari tangannya ke mana-mana pergi. Jika terdengar azan berkumandang, ia akan beranjak dari pekerjaannya untuk melaksanakan solat. *
Thoriq /Cholis Akbar 



Tiada ulasan:

Catat Ulasan