Rabu, 4 April 2012

Anda Dicari, Orang Kaya Yang Berjiwa Pejuang



Bismillahirrahmanirrahim

Allah S.W.T Berfirman yang bermaksud: 

"(Iaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia daripada akhirat dan menghalang-halangi dari jalan Allah dan menginginkan menjadi bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh. "
(Surah Ibrahim Ayat 3) 

Ayat di atas menjelaskan tentang orang-orang yang sepenuh hati mencintai kehidupan dunia berbanding kehidupan akhirat. Mereka adalah orang yang memperturutkan nafsu untuk memuaskan kehidupan dunianya dan mengorbankan kehidupan akhiratnya.Mereka pulalah yang menghalang-halangi manusia dari jalan Allah yang lurus.

Pasti, mereka bakal menghadapi siksa yang pedih dari Allah Subhana wa Ta'ala.

Dalam kehidupan manusia seperti sekarang ini, memang sangat sukar membelokkan kecenderungan dari cinta dunia kepada cinta akhirat. Cinta akhirat memerlukan petunjuk dari Allah Subhana wa Ta'ala, yang harus diusahakan dengan sungguh-sunguh dan penuh mujahadah. Cara itu perlu dilakukan, kerana kemewahan dunia begitu mempesona dan penuh daya tarik.

Tidak hairan, bila kehidupan orang kaya-raya yang dapat memenuhi semua keinginanannya, menjadi dambaan hampir semua orang. Apalagi orang yang sedang dibelit persoalan material, biasanya di dalam hatinya selalu bebisik,

 "Alangkah bahagianya orang yang mempunyai banyak harta dan wang." 

Kalau seorang tidak mempunyai pemahaman tentang hakikat hidup, wajar sekali kalau apa yang disaksikan pada kehidupan orang-orang kaya menjadi cita -cita dan harapannya.
Namun, kalau sudah diberikan petunjuk oleh Allah SWT sehingga mempunyai pemahaman terhadap apa erti sebenarnya kehidupan dunia dan akhirat, pandangannya akan lain.

Dia akan mengambil pelajaran berharga dari sandiwara kehidupan dunia yang tengah berjalan. Ada seorang berupaya keras untuk dapat duduk di atas tahta yang bergelumang kemewahan. Lalu kemewahan itu dipertontonkan kepada orang-orang yang selalu ngiler pada kehidupan seperti itu. Namun tidak lama sesudah itu, sungguh tragis nasibnya. Dia diperiksa gara-gara terlibat tindak jenayah rasuah. Dan masuklah dia ke dalam kerangkeng besi. Dia menjalani kehidupan seperti maling yang melakukan pencurian, dia bagai preman yang berbuat kejahatan kerana akibat pengangguran.

Dalam keadaan seperti itu, barulah dia mensyukuri keberadaannya yang serba kekurangan namun bahagia dan tenteram jiwanya kerana selalu beribadah dan dekat kepada Allah swt. Orang seperti ini, hanya iri kepada orang kaya yang dermawan, seperti yang disampaikan Nabi Muhammad Shallallah 'alaihi wasallam dalam hadis yang diriwawayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

Abu Hurairah berkata, "Orang-orang fakir miskin dari kaum Muhajirin datang kepada Rasulullah, lalu menyampaikan kepada Nabi: 'Orang-orang kaya telah meninggal dunia dengan menduduki darjat yang tinggi dan kenikmatan yang abadi. 

Nabi bertanya, 'Apa itu?' 

Mereka menjawab, 'Mereka solat sebagaimana kami solat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, mereka berzakat tetapi kami tidak berzakat, mereka memerdekakan budak tapi kami tidak memerdekakan budak.' 

Rasulullah bersabda, 'Mahukah kamu saya ajari sesuatu yang dapat menjadikan kalian sederajat dengan orang-orang yang mendahului kamu; menjadikan kamu lebih mulia berbanding kaum sesudah kamu, dan tidak seorang pun yang lebih utama dari kamu kecuali orang melakukan perbuatan seperti yang kamu lakukan.' 

Mereka menjawab, 'Kami mahu ya Rasulullah!' 

Beliau bersabda, 'Bacalah tasbih, tahmid dan takbir sesudah solat 33 X.' 

Selang beberapa hari orang-orang itu datang lagi kepada Rasulullah dan berkata, 'Teman-teman kami dari kalangan orang-orang kaya mendengar apa yang kami lakukan, lalu mereka juga melakukannya.' 

Rasullah menjawab, 'Itu adalah kurnia Allah yang diberikan kepada siapa yang dikehendaki. "(Muttafaqun' Alaih)

Orang kaya seperti yang diceritakan orang-orang fakir itulah yang semestinya diiri. Memang Rasulullah pernah juga bersabda, 

"Tidak ada sifat iri melainkan kepada dua perkara. Pertama, orang yang diberi hafalan Al-Qur'an lalu dia baca dalam solat pada malam hari. 
Kedua, orang yang diberi Allah rezeki lalu dia infakkan pada malam dan siang harinya."

Seperti kehidupan beberapa sahabat di zaman Nabi. Mereka sangat giat beribadah, melakukan semua solat sunnah tapi hartanya juga melimpah.

Seperti Abdurrahman bin 'Auf yang pernah menyumbang perjuangan sebanyak 40.000 dinar. Jumlah itu, bila dirupiahkan sekarang sama dengan Rp 34.000.000.000 (tiga puluh empat bilion ringgit).

Dilain waktu , ia menyumbang 1500 ekor kuda. Ia juga penah menyumbang kepada veteran Badar yang masih hidup sejumlah 100 orang. Masing-masing orang diberi 50.000 dinar, yang kalau dirupaihkan sama dengan Rp 42.500.000.000!

Kalau difikir, bagaimana caranya Abdurrahman bin 'Auf mencari rezeki sementara ibadah-ibadah wajib tetap dijalankan dengan baik. Tidak ada ibadah sunnah yang ditanggalkan.

Itu membuktikan bahawa memang ada berkat di sebalik usaha yang mereka giatkan. Kerana sebelum meraih keuntungan, mereka sudah berniat akan mengeluarkan sebahagian dari keuntungan itu untuk fisabilillah.

Dan bukan sekadar berniat, tapi terus menemui Nabi s.a.w menanyakan jumlah yang semestinya dikeluarkan sebelum dibawa pulang kepada keluarganya. Demikianlah halnya dengan Usman bin Affan dan sahabat-sahabat lain. Subhanallah.

Itulah yang membuat perjuangan Nabi 
s.a.w tidak pernah kehabisan dana. Dari pundi-pundi para jutawan di kalangan para sahabat inilah semua manuver yang dilakukan Nabi tidak pernah tersekat kerana persoalan dana. 

Manusia-manusia seperti inilah yang sangat diperlukan sekarang untuk menjayakan perjuangan Islam. Harta berlimpah, tapi semangat juang juga tak pernah lemah. * / Manshur Salbu

disunting dari :www.hidayatullah.com


Mungkin anda suka membaca tentang :




Tiada ulasan:

Catat Ulasan