Rabu, 15 Jun 2011

Apakah Penyakit 'Ain Itu Dan Rawatannya




Penyakit AIN benar-benar terjadi!


Apa Itu Penyakit ‘Ain?

Kadang orang tua merasa panik dan merasa aneh ketika tiba-tiba permata hatinya (Anak) menangis terus sepanjang hari tanpa ada sebab yang pasti, sakit….tidak juga, digigit serangga pun tidak. Lalu…?

Penyakit yang diderita anak-anak tidak semuanya boleh dideteksi dengan ilmu kedoktoran. Ada juga sebab syar’i yaitu penyakit ‘ain. Sebagaimana pernah terjadi di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau pernah melihat anak perempuan di rumah Ummu Salamah isteri beliau. Di wajah anak itu ada warna kehitaman. Beliau kemudian berkata kepada Ummu Salamah,

“Ruqyahlah dia, kerana dia terkena ‘ain.” (H.R Bukhari dan Muslim)

Di hadits yang lain juga diceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyuruh anak-anak pamannya untuk diruqyah karena badannya kurus-kurus seperti anak yang kekurangan.

Penyakit ‘ain atau pandangan mata adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang dianggap menakjubkan disertai dengan rasa dengki, sehingga mengakibatkan bahaya terhadap yang dipandangnya. ‘Ain juga dapat terjadi dari pandangan yang penuh kekaguman tanpa disertai rasa dengki, bahkan bisa terjadi dari orang yang shalih. Sebagaiman pernah terjadi pada sahabat Nabi, Sahl bin Hunaif yang terkena ‘ain dari sahabat yang lain, yaitu Amir bin Rabiah.

Penyakit ‘ain itu benar-benar ada dan bukan khurafat yang dihubung-hubungkan dengan pujian. Sebagaimana anggapan sebagian besar masyarakat Indonesia juga Malaysia bahawa pujian kepada seorang anak akan menyebabkannya sakit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“’Ain itu benar adanya. Seandainya ada sesuatu yang boleh mendahului takdir, tentu akan didahului oleh ‘ain.” (Riwayat Muslim)

Jadi bukan pujian yang menyebabkan tampak buruk bagi anak yang dipujinya, melainkan bermula dari pandangan mata sang pemujinya, baik pujian itu kerana ada rasa iri atau kerana benar-benar ada kekaguman.

Tindakan Preventif Terhadap Penyakit ‘Ain

Para orang tua hendaknya berusaha melindungi buah hatinya agar terhindar dari penyakit ‘ain, dengan cara:

* Melindungi diri dan anaknya dengan membaca ruqyah-ruqyah yang diajarkan dalam Islam dan membaca doa,

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap syaitan, binatang berbisa, dan dari setiap mata yang jahat.” (Riwayat Bukhari)

* Juga membaca doa yang digunakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk melindungi Hasan dan Husain,

“Aku berlindung kepada Allah untukmu berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari segala syaitan, binatang yang berbisa, dan pandangan mata yang jahat.” (Riwayat Bukhari)

* Siapapun orangnya jika melihat sesuatu yang baik ada pada dirinya, anaknya, hartanya atau yang lainnya yang menakjubkan dirinya, hendaklah membaca doa,

“ Masya Allah (atas kehendak Allah), tidak ada kekuatan melainkan hanya dengan (pertolongan) Allah. Ya Allah, berikan berkah padanya.”

*. Sebaiknya orang tua tidak mengungkapkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki anaknya, kerana hal itu dikhawatirkan akan menimbulkan iri hati pada orang lain.
 

Apabila Terkena ‘Ain

Saat anak kita mengalami sakit dan ternyata sakitnya kerana ‘ain, maka:

  • Jika pelakunya diketahui, maka orang tersebut diperintahkan untuk berwudhu. Bekas wudhu orang tersebut digunakan untuk memandikan anak yang terkena ‘ain.
  • Tapi jika tidak diketahui perbanyakkan membaca Surah Al-Ikhlas, muawwidzatain (An-Nas dan Al-Falaq), Al-Fatihah, ayat Kursi, 2 ayat terakhir surat Al-Baqarah, dan mendoakan dengan doa-doa yang disyariatkan. Membaca pada air disertai tiupan, kemudian diminumkan pada anak yang sakit dan sisanya disiramkan ke tubuhya, atau dibacakan pada minyak dan minyaknya dioleskan ke tubuh anak itu. Lebih baik lagi jika bacaan itu dibacakan pada air zam-zam.

Orang tua mana yang tidak ingin anaknya dapat hidup dengan sihat dan selamat. Oleh kerananya perlu bagi orang tua untuk senantiasa memperhatikan kondisi jasmani mahupun psikologi anaknya, baik ditinjau dari sisi kedoktoran secara umum atau secara syar’i.

Wallahu a’lam… 

 Sumber : www.rawatanislam2u.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan